BERI STATUS POSITIF COVID-19 KE PASIEN, PARA TENAGA MEDIS DAPAT INSENTIF RATUSAN JUTA DARI PEMERINTAH

DATA INFORMASI KLARIFIKASI
JENIS KLARIFIKASI
KESEHATAN - CORONA
LOKASI INFORMASI
NASIONAL - NASIONAL
JENIS INFORMASI
HOAKS - MISLEADING CONTENT
KANAL ADUAN
WHATSAPP
BUKTI ADUAN
TEXT
PETUGAS CEK FAKTA
DILIHAT
196 KALI

Selasa, 28 Juli 2020

BERI STATUS POSITIF COVID-19 KE PASIEN, PARA TENAGA MEDIS DAPAT INSENTIF RATUSAN JUTA DARI PEMERINTAH


[MISLEADING CONTENT]


Berdasarkan aduan yang masuk ke Tim Jabar Saber Hoaks. Beredar narasi di aplikasi percakapan Whatsapp, jika memberi status positif Covid-19 ke pasien, para tenaga medis akan mendapatkan insentif ratusan juta rupiah.


[CEK FAKTA]


Setelah kami melakukan penelusuran diketahui jika narasi yang beredar tersebut menyesatkan.
Dikutip dari persi.or.id Insentif yang diberikan kepada tenaga kesehatan yang berjuang melawan Covid-19 di garda terdepan berdasarkan Kepmenkes yakni untuk dokter spesialis sebesar Rp15 juta, dokter umum dan gigi Rp10 juta, bidan dan perawat Rp7,5 juta, serta tenaga medis lainnya Rp5 juta.


Sementara itu mengutip dari Tirto.id. Menurut Humas Persi Anjari Umarjianto, tudingan bahwa rumah sakit memanipulasi diagnosis demi mendapat insentif pemerintah sama sekali tidak masuk akal. Proses pencairan klaim biaya perawatan COVID-19 harus melalui verifikasi berjenjang. Pertama oleh BPJS Kesehatan. Proses ini bisa memakan waktu hingga tujuh hari. Kemudian, BPJS Kesehatan menyetor berita acara verifikasi ke Kementerian Kesehatan. "Kementerian Kesehatan punya semacam panitia antifraud. Jadi tahapan untuk dibayarkan ke rumah sakit itu panjang dan sangat ketat," kata Anjari. Alih-alih "tertimpa durian runtuh" sebagaimana dikira banyak orang, rumah sakit justru mengalami penurunan kunjungan pasien non COVID-19 sebesar 60-70 persen, berdasarkan survei pada April lalu. Akibatnya, kas rumah sakit mengering. Di sisi lain, biaya operasional membengkak karena harus menyediakan ruang isolasi, alat kesehatan, alat pelindung diri, dan alat lain. "Artinya tidak ada keseimbangan antara penerimaan rumah sakit dan cost-nya, yang terjadi cash flow terganggu," kata Anjari.


[CEK FAKTA]


https://bit.ly/314kWeZ


https://bit.ly/2EoF7wf


https://bit.ly/335U7tm